Hubungan antara Status, Peran dan Interaksi Sosial

Hubungan antara Status, Peran dan Interaksi Sosial 

Seperti yang telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya, bahwa diferensiasi status maupun peran sosial oleh masing-masing individu dalam kehidupan sosial merupakan sebuah gejala yang bersifat alamiah. Adanya diferensiasi tersebut justru merupakan suatu wujud keseimbangan dalam sebuah sistem kehidupan, hal mana, yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi, saling mengisi, dan saling membutuhkan. 

Coba bayangkan, bagaimana jika seluruh umat manusia ini memiliki kedudukan, fungsi, dan peran yang sama, tentu akan terjadi ketimpangan dalam interaksi sosial. Status yang dimiliki oleh seseorang membawa konsekuensi tersendiri terhadap peran yang akan dimainkan dalam kehidupan sosial. Status yang dimiliki oleh seseorang akan tercermin dalam peran-peran yang ditunjukkan dalam interaksi sosial. Pemahaman terhadap sistem sosial sangat diperlukan untuk dapat melihat hubungan antara status dan peran sosial dalam sebuah interaksi sosial.

a, Status Sosial

Status, Peran dan Interaksi Sosial
Kehidupan masyarakat sesungguhnya merupakan sebuah sistem sosial yang menghubungkan individu atau kelompok mayarakat tertentu dengan individu atau kelompok masyarakat yang lain secara terus menerus. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa sistem sosial merupakan keseluruhan struktur sosial dan proses sosial. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah yang dimaksud dengan struktur sosial dan proses sosial tersebut? Struktur sosial merupakan keseluruhan susunan status, peran, dan aturan-aturan yang mengikat status dan peran tersebut dalam sebuah interaksi sosial. 

Dengan demikian struktur sosial terdiri dari susunan status dan peran sosial tertentu serta sistem nilai dan sistem norma yang mengikat status dan peran sosial tersebut dalam interaksi sosial. Sedangkan proses sosial merupakan segi dinamis dari struktur sosial yang terwujud dalam sebuah interaksi sosial. Keseluruhan dinamisitas dari struktur sosial dalam suatu proses sosial itulah yang dikenal dengan istilah sistem sosial.

Contoh sederhana dari sistem sosial dapat kita perhatikan pada kehidupan keluarga. Keluarga merupakan suatu kesatuan masyarakat terkecil yang di dalamnya terdapat bapak, ibu, anak, dan mungkin kerabat lain yang dianggap sebagai anggota dalam keluarga tersebut.

Jadi, secara struktural terdapat status bapak, ibu, dan anak dalam sebuah keluarga. Status tersebut diejawantahkan melalui peran dari tiap-tiap anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Diferensiasi status dan peran dalam sebuah keluarga tidak harus diartikan sebagai tinggi rendahnya posisi seseorang, tetapi harus diartikan sebagai suatu pembagian hak dan kewajiban sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Uraian di atas setidaknya akan memberikan gambaran sederhana tentang konsep masyarakat. Masyarakat tidak identik dengan sekedar penjumlahan dari sekelompok manusia dalam suatu tempat tertentu. Akan tetapi, masyarakat merupakan suatu sistem interaksi sosial yang mandiri yang melibatkan orang banyak dan berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang relatif panjang dan terjadi pada lingkungan geografis tertentu.

b. Status dan Peran Sosial

Status merupakan istilah yang tidak asing lagi. Sering kita jumpai pertanyaan: apakah status anda? Terhadap pertanyaan tersebut bisa saja kita menjawab bahwa status kita sebagai seorang mahasiswa, seorang PNS, seorang bujangan, seorang seniman, seorang artis, seorang pedagang, seorang pengusaha, seorang bapak, seorang direktur, seorang presiden, seorang pimpinan partai politik, dan lain sebagainya. Uraian tersebut menunjukkan bahwa status merupakan suatu posisi yang disandang oleh seseorang yang didalamnya melekat hak dan sekaligus kewajiban tertentu.

Biasanya, status sosial yang diperoleh seseorang lebih dari satu. Seseorang bisa saja menyandang status sebagai seorang bapak yang sekaligus juga menyandang status sebagai seorang seniman, politisi, penulis, pembina olah raga, pengusaha, dan lain sebagai-nya. Mengenai cara pemerolehan status sosial dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu: (1) status yang diperoleh sejak lahir seperti jenis kelamin, kasta, dan lain sebagainya, dan (2) status yang diperoleh melalui kerja keras seperti pengusaha, pimpinan partai politik, PNS, dan lain sebagainya.

Konsekuensi dari status adalah peran. Seorang guru akan berperan memberikan pelajaran dan pendidikan kepada para pelajar. Seorang dokter akan berperan dalam memeriksa dan memberikan pelayanan medis kepada pasien yang membutuhkannya. Seorang pedagang akan berperan aktif dalam kegiatan perdagangan. Banyak sekali contoh lain yang menunjukkan bahwa antara status dan peran merupakan satu kesatuan tunggal yang tidak dapat dipisah-pisahkan. 

Jika peran sosial tidak dilaksanakan dengan baik, maka seseorang akan menerima sanksi, baik yang bersifat moral maupun formal. Sebagai misal, seorang polisi akan dikenai sanksi tegas berupa pemecatan secara tidak hormat dan sekaligus harus menempuh proses hukum sebagaimana yang berlaku jika kedapatan ikut terlibat dalam aksi kejahatan. Sebaliknya, jika seseorang memerankan status dan kedudukannya dengan baik, maka masyarakat akan memberikan penghargaan yang istimewa dari masyarakat. Itulah sebabnya, niasanya orang akan berusaha untuk dapat bermain peran dengan baik sesuai dengan status dan kedudukannya di tengah-tengah masyarakat.

Hak-hak yang istimewa (privilese) memang akan diterima oleh siapapun yang telah berhasil memerankan status dan kedudukannya secara baik. Hak-hak yang istimewa (privilese) tersebut dapat dilihat dalam beberapa bidang, di antaranya adalah bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan.

a. Privilege dalam Bidang Ekonomi

Tidak seluruh status dan kedudukan dapat dikaitkan dengan ekonomi. Akan tetapi, dalam kehidupan modern tidak sedikit status dan kedudukan sosial tertentu berkaitan secara langsung dengan ekonomi. Mari kita perhatikan kehidupan politisi papan atas, artis papan atas, dokter papan atas, pengamat papan atas, peneliti papan atas, pengusaha besar, dan lain sebagainya yang rata-rata berkehidupan mewah. Sebaliknya, jangan lupakan kehidupan pengamen jalanan, pemulung, kaum buruh, dan sebagainya yang bergelimang dalam kemiskinan dan kekumuhan.

Kemewahan dan kekumuhan merupakan suatu kondisi yang kontradiktif, namun fenomena tersebut sungguh-sungguh ada dalam kehidupan sosial. Jika dianalisis secara seksama, sesungguhnya kemewahan dan atau kekumuhan seperti di atas merupakan penghargaan dari masyarakat kepada terhadap kualitas peran yang telah dilaksanakan sesuai dengan status dan kedudukannya masing-masing. 

Jika seseorang berhasil melaksanakan perannya dengan kualitas tinggi, maka masyarakat tidak segan-segan memberikan penghargaan yang mahal. Masyarakat akan dengan suka rela memberikan ongkos yang mahal kepada dokter spesialis yang telah memberikan pelayanan medis secara memuaskan. Sebaliknya, terhadap tukang ledeng yang bekerja asal-asalan masyarakat akan memberikan ongkos kecil, itupun disertai dengan omelan yang tidak karuan.

Lebih jauh lagi, seseorang yang telah memperoleh pendapatan yang tinggi dan berpenghidupan yang mewah biasanya akan semakin mendapatkan penghargaan yang istimewa dari masyarakat. Sebaliknya, seseorang yang selalu berpenghidupan pas-pasan akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Gejala seperti ini merupakan hal biasa bagi masyarakat hedonis yang hanya menggunakan ukuran materi dalam memberikan penghargaan terhadap orang lain.

b. Privilese dalam Bidang Sosial

Masyarakat tradisional pada umumnya menjunjung tinggi nilai-nilai etis dan moral tertentu. Penghargaan yang diberikan kepada seseorang tidak selalu diwujudkan dalam bentuk materi, tetapi diwujudkan pemberian penghormatan dan sekaligus pelayanan sosial yang maksimal. Seorang guru yang bijaksana akan mendapat penghargaan berupa rasa hormat yang tinggi dari para pelajar di lingkungan sekolahnya. Demikian juga seorang ajengan, kyai, tengku, buya, dan lain sebagainya akan mendapatkan penghargaan dan penghormatan yang tinggi dari masyarakat sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh karena fungsi dan peran sosial yang banyak diberikan secara ikhlas kepada masyarakat di sekitarnya.

c. Privilese dalam Bidang Kebudayaan

Secara kultural masyarakat akan memberikan penghargaan dan sekaligus permakluman yang tinggi terhadap siapapun yang memiliki status dan kedudukan sosial yang tinggi. Misalnya, masyarakat akan menganggap lazim bahwa orang kaya dan orang berpangkat itu bertempat tinggal di rumah yang mewah, berkendaraan yang mewah, berperilaku yang elegan, bercita rasa tinggi, dan lain sebagainya. Penghargaan dan permakluman seperti ini sesungguhnya kurang sehat karena telah mendikotomikan masyarakat secara bertingkat-tingkat dan bertentangan dengan semangat kesetaraan. Akan tetapi, pada kenyataannya fenomena seperti itu belum bisa dihapuskan begitu saja.

Berkaitan dengan hak-hak istimewa (privilese) yang diterima oleh orang yang berkedudukan dan berstatus sosial tinggi tersebut, Max Weber mengemukakan pendapatnya bahwa struktur sosial identik dengan peluang atau kesempatan hidup (life chanche) sehingga seseorang yang berkedudukan atau berstatus sosial yang tinggi akan lebih memiliki peluang dan kesempatan hidup dibandingkan dengan seseorang yang berkedudukan dan berstatus sosial yang rendah.

Demikianlah materi Hubungan antara Status, Peran dan Interaksi Sosial, semoga bermanfaat.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url