Bentuk Seni Pertunjukan Yang Berkembang di Indonesia

Bentuk Seni Pertunjukan Yang Berkembang di Indonesia - Seperti telah dijelaskan sebelumnya, seni pertunjukan dibagi dua yaitu seni pertunjukan tradisional dan seni pertunjukan modern atau yang muncul belakangan ini. Bila dilihat dari perkembangannya di Indonesia maka akan terlihat bahwa seni pertunjukan tradisional kalah berkembang dengan seni pertunjukan modern. Bila tidak diantisipasi dengan baik bukan tidak mungkin seni pertunjukan tradisional tersebut akan hilang.

Perkembangan kesenian dipengaruhi oleh segi lingkungan yang berupa keadaan masyarakat, pendidikan, dan situasi budaya suatu kelompok masyarakat di mana seni tersebut berada. Baiklah, kita tinjau satu per satu.

a. Keadaan masyarakat, sifat dari masyarakat yang sudah maju sudah kita ketahui, yaitu individual. Sedangkan sifat masyarakat yang belum maju adalah tradisional. Individual adalah sikap hidup yang diketahui berasal dari Barat. Sedang tradisional ini merupakan sikap hidup masyarakat Timur pada umumnya.

b. Faktor pendidikan, ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kesenian. Sistem pendidikan zaman kolonial Belanda mengakibatkan kita tidak mengenal lagi kebudayaan tradisional Indonesia secara utuh. Ini baru dapat diakhiri setelah Indonesia merdeka. Tetapi kita sudah terlanjur tidak kenal lagi dengan kebudayaan kita sendiri. Yang kita kenal adalah semua seni berorientasi ke dunia Barat.

c. Faktor situasi budaya, apabila suatu kesenian tradisional masih kuat atau hidup, maka ini akan berpengaruh kepada seniman-seniman yang hidup di sekitar tempat itu. Demikian pula andaikan kehidupan tidak memperlihatkan seni tradisional, maka seniman-seniman itu akan mencari pegangan lain yang bukan tradisional lagi.


Di wilayah Indonesia, kita kenal berbagai jenis seni pertunjukan yang lazim disebut ’teater tradisional’ (telah mentradisi), ’teater rakyat’ (karena merakyat) atau ’teater daerah’ (berciri khas daerah). Secara konvensional, yang dimaksud teater daerah terbatas pada seni pertunjukan yang memiliki ciri khas daerah tertentu.

Beberapa contoh jenis teater rakyat, teater daerah, atau teater tradisional di Indonesia antara lain Bangsawan (Sumatra Utara), Randai (Sumatra Barat), Dermuluk (Sumatra Selatan), Makyong, Mendu (Riau, Kalimantan Barat), Mamanda (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur), Ubrug, Longser, Bonjet (Jawa Barat), Lenong, Topeng, Blantik (Batawi), Mansres (Indramayu), Sintren (Cirebon), Kethoprak (Yogya, Solo, Jawa Tengah, Jawa Timur), Wayang (Kulit atau Purwa, Orang, Topeng, Golek, Sungging, Gedog, Kidang Kencana, Menak; Klitik atau Krucil, Kulit Perjuangan, Kulit Kancil, Potehi, Cina, atau Thithi, Beber, Madya, Tasripin, Suluh, Wahana, Pancasila, Wahyu) tersebar hampir di seluruh Jawa, Dadung Awuk (Yogya), serta Kuda Lumping (Yogya, Solo, Jawa Tengah).

http://www.materisma.com/2014/09/bentuk-seni-pertunjukan-yang-berkembang.html
Tari Pasambahan (Minangkabau)

Seni pertunjukan modern tidak kalah beragam dari seni pertunjukan tradisional, bahkan ada kecenderungan bahwa seni pertunjukan modern telah menggusur tempat seni pertunjukan tradisional di hati masyarakat. Misalnya saja, teater, opera, film, sinetron, telenovela dan beragam acara yang ditayangkan di televisi lainnya. Inilah yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi informasi dengan berkuasanya media elektronik yang tidak mengharuskan pemirsa untuk mendatangi tempat pertunjukan secara langsung. Jumlah pemirsa atau audience yang dirangkum pun relatif lebih banyak apabila melalui media televisi.


Nah, ternyata seni pertunjukan di Indonesia sangat banyak jenisnya. Bagaimana dengan seni tari ? Tentunya kamu juga setuju bahwa Indonesia merupakan surganya seni tradisional, termasuk seni tari. Tari merupakan gerak tubuh yang berkesinambungan melewati ruang yang telah ditentukan dengan ritme tertentu yang dilakukan secara sadar.

Perkembangan seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara kesatuan. Perkembangan seni tari Indonesia terbagi atas beberapa periode sebagai berikut.

1) Zaman Pra Sejarah
Bentuk-bentuk seni pertunjukan pada masa prasejarah masih banyak terdapat di daerah pedalaman yang terpencil yang diwarnai oleh kepercayaan animisme. Sisa-sisa pertunjukan yang berbau animisme, penyembahan nenek moyang dan binatang totem, masih bisa dijumpai di Papua, pedalaman Kalimantan, pedalaman Sumatra, pedalaman Sulawesi, beberapa daerah di Bali yang disebut Bali Aga atau Bali Mula, seperti Trunyan dan Tenganan, serta di Jawa. Perwujudan tari pada masa itu diduga merupakan refleksi dari satu kebulatan kehidupan masyarakat agraris yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, dan norma kehidupannya secara turun-temurun

Beberapa sisa tarian pada masa itu yang kini masih bisa diamati, baik dalam upacara maupun dalam bentuk tontonan. Misalnya tari Kuda Kepang atau tari Jathilan di Jawa Tengah, tari Topeng Hudoq dari Kalimantan yang menampilkan gerak tari yang sederhana dan mengutamakan ekspresi spontan dari pelakunya. Ciri-ciri tersebut tampaknya merupakan kondisi dasar yang hampir sama di wilayah-wilayah etnik yang agraris.

2) Masa Kerajaan
Masa kerajaan ini ditandai oleh masuknya pengaruh luar sebagai unsur asing antara lain kebudayaan Cina, Hindu-Buddha, Islam, dan Barat. Pengaruh kebudayaan Cina kurang mendapat perhatian oleh para peneliti, karena kemungkinan dasar kepercayaan yang hampir sama dengan masyarakat pribumi, yaitu percaya kepada roh-roh leluhur, sehingga kurang begitu nyata pada perubahan sistem kemasyarakatannya.

Adegan pengaruh Hindu-Buddha sangat nyata pada stratifikasi sosial yang hierarkis yang ditandai dengan adanya sistem kelas sosial, yaitu masyarakat adat atau rakyat dan masyarakat bangsawan atau istana. Dengan adanya dua kelas sosial ini maka muncul dua wajah tari yang disebut tari rakyat dan tari istana atau tari klasik.

Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti Wayang wong dan Bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Namun selanjutnya Wayang wong lebih berkembang di Keraton Yogyakarta, sedangkan Bedhaya ketawang berkembang di Keraton Surakarta.

Pengaruh kebudayaan Islam lebih berkembang di Sumatra. Cerita-cerita yang dibawakan lewat hafalan dan nyanyian selalu menonjolkan warna Islam secara jelas, contohnya tari Shaman di Aceh. Tarian ini mengutamakan gerakan dan tepukan tangan pada badan penari yang dilakukan sambil duduk dengan diiringi vokal yang mendendangkan syair keagamaan. Selain itu, pengaruh Islam tampak pula pada tari-tarian di Sumatra Barat, Minangkabau. Ciri khas tarian di Minangkabau banyak mengolah gerak-gerak beladiri seperti pencak silat. Di daerah pantai Kalimantan terdapat tarian yang menitikberatkan pada langkah kaki seperti tari-tarian Melayu.

Pengaruh kebudayaan Barat dalam bidang tari di istana-istana Jawa berhubungan dengan lepasnya kekuasaan politik raja kepada pihak Barat, sehingga sejak abad ke-18 sampai awal abad ke-20 keraton hanya berperan dalam pengembangan kebudayaan. Oleh karena itu berkembang pula ciptaan-ciptaan tari seperti tari Serimpi (tarian yang ditampilkan oleh empat orang penari wanita).

Pertunjukan Wayang Wong masih dipentaskan sangat meriah sesuai dengan fungsinya sebagai ritual kenegaraan. Di sisi lain, pengaruh barat ini menyebabkan munculnya tarian di luar konteks adat. Secara koreografis, pengaruh Barat kurang dapat dilihat dalam tarian Indonesia.

Kenyataan ini sangat berbeda dengan bidang musik. Bentuk musik hasil penyesuaian antara musik rakyat Indonesia dengan pengaruh Barat terdapat pada gambang keromong, tanjidor, langgam jawa, keroncong, dangdut, dan sebagainya.

3) Masa Pasca Kerajaan hingga Sekarang
Masa pasca kerajaan terdapat situasi yang cukup menonjol dalam bidang kesenian yang disebabkan oleh perubahan masyarakat yang agraris-feodal menuju masyarakat negara kesatuan atau Republik Indonesia yang modern. Kecepatan perubahan tersebut didukung pula oleh media massa elektronik, seperti televisi. Modernisasi sangat berkepentingan dengan kecepatan waktu, sehingga situasi ini menimbulkan seni yang bersifat populer atau seni massa.

Gagasan ”ke-nasional-an” ini muncul berhubungan dengan pergerakan kemerdekaan yang dimotori oleh para nasionalis. Ternyata gagasan ini berpengaruh pula pada bidang kesenian. Jika dalam seni musik gagasan ini dituangkan pada pengambilan unsur-unsur asing (barat) yang di luar konteks Indonesia. Dalam seni tari, gagasan ini dituangkan dengan jalan, antara lain,

penembusan secara sengaja atas batas-batas kesukuan (etnik), penyederhanaan tari-tari tradisional yang sudah mapan, dan ramuan unsur-unsur tari berbagai daerah di Indonesia. Gagasan ini mendorong saling kenalan budaya antar wilayah etnik. Pada saat ini mulai terjadi pengkemasan tarian etnik menjadi tari dengan pola gerak standar yang secara artistik dapat memenuhi kriteria tontonan. Pada saat ini pula terjadi persentuhan dengan kecepatan waktu.Tari-tarian yang mulai menembus wilayah etniknya antara lain, tari Jawa, tari Bali, dan tari Minangkabau.

Demikianlah materi Bentuk Seni Pertunjukan Yang Berkembang di Indonesia, semoga bermanfaat.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url