Gangguan Sistem Peredaran Darah

Gangguan Sistem Peredaran Darah - Karena peranannya yang begitu penting pada semua sistem organ, kelainan dan gangguan pada sistem ini memengaruhi secara langsung sistem organ yang lain bahkan dapat berakibat pada kematian. Seperti yang kita ketahui ada dua macam sistem penggolongan darah, yaitu ABO dan Rh. 

Pada transfusi darah perlu diketahui jenis darah donor dan resipiren agar tidak terjadi penggumpalan. Di lain pihak, pembuluh darah beserta jantung sering kali terkena penyakit akibat gaya hidup yang salah. Berikut ini akan diuraikan beberapa hal yang penting sehubungan dengan sistem peredaran darah pada kesehatan.

1. Stroke dan Serangan Jantung

Serangan jantung adalah kematian jaringan otot jantung yang disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner dalam jangka waktu yang lama. Sementara itu, stroke merupakan kematian jaringan saraf di otak yang disebabkan oleh penyumbatan arteri di otak. 

Jantung

Kedua jenis penyakit ini erat kaitannya dengan trombus yang menyumbat arteri. Trombus terbentuk pada arteri koroner atau arteri dalam otak berupa gumpalan lemak, plak atau jaringan ikat. Gumpalan tersebut kemudian diangkut oleh peredaran darah sampai tersumbat pada arteri yang terlalu kecil untuk dilewati oleh Embolus tersebut. Pada saat ini jaringan di sekitarnya akan mati karena kekurangan oksigen.

Kebanyakan orang menganggap bahwa serangan jantung atau stroke adalah serangan yang tiba-tiba. Padahal kedua penyakit ini merupakan efek final dari kerusakan perlahan-lahan pada sistem peredaran darah. Pada jangka waktu yang lama, gumpalan yang disebut plak mulai menggumpal dan menyempitkan pembuluh darah, disebut juga dengan aterosklerosis.

Faktor yang menyebabkan aterosklerosis antara lain merokok, kegemukan, makanan berlemak, kolesterol tinggi, dan kurang olah raga. Salah satu kolesterol, yaitu LDL (Low Density Protein) menambah jumlah plak dalam pembuluh darah. LDL berbeda dengan HDL yang menurunkan gumpalan kolesterol dalam pembuluh darah. Kenyataannya, hipertensi juga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. 

Hal ini menjadi suatu peringatan bagi penderita untuk kembali ke gaya hidup sehat. Pada kebanyakan kasus lain, terjadi angina pultaris, yaitu perasaan sakit di dada akibat arteri koroner yang tersumbat.

Rendahnya kadar hemoglobin atau disebut juga anemia merupakan salah satu gangguan terhadap pengangkutan oksigen. Hal ini dapat disebabkan oleh kehilangan banyak darah, misalnya karena pendarahan yang hebat, luka bakar, atau infeksi cacing (misalnya cacing tambang); gangguan pembentukan darah, misalnya karena kekurangan vitamin dan zat-zat makanan tertentu, atau dapat pula karena adanya kerusakan pada sumsum tulang, dan penghancuran sel-sel darah merah yang terlalu cepat dan banyak, misalnya karena penyakit malaria.

Sebenarnya, anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah merah tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal. Karena kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang, maka individu akan terlihat pucat atau kurang tenaga.

Ada beberapa jenis anemia, antara lain berikut ini.
a) Anemia hemoragi terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali ke kondisi normal.
b) Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan jenis makanan, penurunan daya absorpsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan.
c) Anemia aplastik akibat sumsum tulang tidak aktif ditandai dengan penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena pajanan radiasi yang berlebihan, keracunan zat kimia, atau kanker.
d) Anemia pernicious karena tidak ada vitamin B12.
e) Anemia sel sabit (sickle cel anemia) adalah penyakit keturunan dimana molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran darah.

2. Wasir

Wasir merupakan penyebab pembuluh vena rektum mekar. Pengobatan penyakit wasir dapat dilakukan dengan obat-obat yang dijual bebas dari suntikan. Perkembangan terbaru dalam pengobatan penyakit ini adalah pembedahan dengan laser. Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan biasa, hanya sarana pemotongnya menggunakan alat canggih, yaitu laser.

Selain pengobatan dengan pembedahan menggunakan laser, Dr. Barlian Sutedjua, Sp.B juga memperkenalkan teknologi terbaru untuk pengobatan wasir yaitu “Hemoroid Circular Sropler atau teknik longo. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari sebuah lingkaran dan sebuah pendorong di belakangnya. Sistem sirkulasi pada hewan dan manusia berperan pada pengangkutan dan peredaran berbagai bahan, antara lain zat-zat makanan, oksigen, hormon, dan sisa-sisa metabolisme.

3. Penggolongan Darah

Alasan mengapa sel-sel darah merah dapat pecah atau menggumpal menjadi satu pada transfusi, diungkapkan oleh ilmuwan Austria, Karl Landsteiner (1868-1943) dan kawan-kawannya. Pada beberapa kasus, zat-zat kimia dalam plasma darah seseorang bereaksi dengan zat-zat lainnya yang ada di permukaan sel-sel darah merah dari darah orang lain. 

Pekerjaan di atas membawa ke arah penemuan sistem golongan darah ABO pada awal tahun 1900-an, kemudian sistem M, N, dan P di tahun 1927. Pada tahun 1940, sistem rhesus pertama kali dikenal pada kera-kera rhesus. Landsteiner menerima hadiah Nobel untuk Fisiologi atau Kedokteran di tahun 1930.

Adakalanya seseorang harus memperoleh transfusi darah karena darah yang diberikan harus sesuai dengan golongan darah penderita karena darah manusia tidak semuanya sama, Karl Landsteiner (1900) mengelompokkan darah ke dalam empat golongan, yaitu A, B, AB, dan O. Pengelompokan ini didasarkan pada adanya dua macam antigen atau aglutinogen, yaitu suatu senyawa karbohidrat dengan protein pada permukaan eritrosit, kedua macam antigen itu adalah antigen A dan B.

Kesalahan pada transfusi dapat menimbulkan akibat yang fatal karena di dalam plasma darah resipien, yaitu orang yang menerima transfusi darah terbentuk aglutinin. Aglutinin adalah zat antibodi yang akan menggumpalkan antigen asing (dari donor), peristiwa yang disebut aglutinasi ini menyebabkan penggumpalan eritrosit dari donor dalam pembuluh darah resipien.

Golongan darah A memiliki antigen A dan plasma darahnya membentuk aglutinin b (beta) sebagai penggumpal antigen B. Golongan darah B memiliki antigen B dan plasma darahnya membentuk aglutinin a (alfa) sebagai penggumpal antigen A. Golongan darah AB memiliki antigen A dan antigen B, plasma darahnya tidak membentuk aglutinin alfa maupun beta. 

Golongan darah O tidak memiliki antigen A maupun antigen B, plasma darahnya membentuk aglutinin alfa dan aglutinin beta. Berdasarkan sifat aglutinin dan antigen dari masing-masing golongan darah tersebut maka dapat diketahui bahwa pindah tuang darah hanya dapat dilakukan jika tidak terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dari darah donor dengan aglutinin dari darah resipien.

Tabel Kemungkinan Transfusi Darah
Transfusi Darah

Orang dari golongan darah AB dapat menerima darah dari semua golongan karena pada plasma darahnya tidak terdapat aglutinin apa pun. Oleh karena itu, disebut resipien universal, sedangkan orang dari golongan darah O dapat memberikan darahnya ke semua golongan darah karena pada eritrositnya tidak terdapat antigen sehingga disebut donor universal.

Sistem golongan darah yang lain adalah berdasarkan faktor rhesus, ditemukan oleh Landsteiner, Lione, dan Weiner pada tahun 1940. Mereka menyuntikkan darah kera Macaca rhesus ke tubuh kelinci, ternyata darah kera tersebut digumpalkan oleh aglutinin yang dihasilkan pada plasma darah kelinci. Aglutinin yang berasal dari kelinci itu ternyata dapat juga menggumpalkan darah manusia walaupun tidak terjadi pada semua orang.

Orang yang darahnya dapat digumpalkan oleh faktor aglutinin dikelompokkan sebagai golongan darah Rh+, sedangkan yang darahnya tidak dapat digumpalkan oleh aglutinin dikelompokkan ke dalam darah Rh–. Golongan darah Rh+ memiliki antigen faktor Rh dan pada plasma darahnya tidak dapat terbentuk antibodi terhadap faktor Rh, sedangkan golongan darah Rh– tidak memiliki antigen faktor Rh dan pada plasma darahnya dapat terbentuk antibodi terhadap faktor Rh. 

Kesulitan yang timbul dari faktor rhesus ini, yaitu jika seorang ibu yang tergolong Rh– mengandung bayi (fetus) dengan Rh+. Apabila karena sesuatu hal darah fetus memasuki peredaran darah ibu melalui plasenta, maka di dalam plasma darah ibu akan dihasilkan antibodi Rh yang akan kembali ke dalam peredaran darah fetus. Hal ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel darah merahnya, keadaan seperti ini disebut erythroblastosis fetalis. Hal ini dapat berakibat buruk bagi bayi yang dikandungnya.

Demikianlah Materi Gangguan Sistem Peredaran Darah, semoga bermanfaat.
Next Post Previous Post